Lima hari setelah purnama pada bulan ke-10 pada Kalender Suku Sasak
menandakan sebuah kejadian besar yang berulang tiap tahunnya. Seorang Rato atau pemimpin kepercayaan animisme Marapu yang diyakini masyarakat di Nusa Tenggara mengukur hari pasti datangnya kejadian yang dinantikan itu. Bau Nyale atau ‘mencari cacing laut’ beraneka warna adalah saat-saat yang ditunggu ribuan orang yang bergerombol mencari jutaan nyale yang menggulung menepi ke bibir pantai di Pulau Lombok, salah satu gugusan pulau di Nusa Tenggara.
Dengan kemegahan pakaian tradisionalnya, para Rato sepakat akan satu hari yang telah dihitung, dengan berdiri di atas batu nisan menghadap bulan yang merona penuh. Warga yang mendapat kabar segera melakukan ritual sebelum hari besar yang ditunggu datang. Biasanya ayam dimasak dan ketupat dibuat. Bila darah masih terlihat pada usus ayam atau warna coklat kemerahan nampak pada ketupat, maka sesuatu kejadian pilu akan berlangsung saat Pasola, pesta rakyat Pulau Sumba berbentuk permainan di atas kuda dan melempar lembing sebagai tanda syukur atas panen berlimpah.
Walau Bau Nyale dan Pasola memiliki perbedaan cerita legenda, keduanya menyatu dalam satu titik dimana pesta nyale dilangsungkan untuk menyambut Pasola. Nyale adalah cacing laut beraneka warna dan ditangkap untuk diolah menjadi masakan khas. Menikmati nyale adalah pertanda kemakmuran, sedangkan menolaknya dapat berakibat bencana. Setidaknya para penganut Marapu sangat yakin akan hal itu.
Legenda mengatakan bahwa dahulu kala, Putri Mandalika dari Lombok yang cantik rupawan menolak pinangan beberapa pangeran, dan akhirnya memilih untuk mengorbankan dirinya ke laut agar kecantikannya dapat dinikmati bukan saja oleh para pengeran, tapi juga para penduduk yang selalu memuja dan memujinya. Saat terbenam dalam gelombang laut, Putri Mandalika berubah wujud menjadi apa yang sekarang dikenal dengan nyale, dan terjadi pada hari yang sama.
Di gugusan pulau Nusa Tenggara, Bau Nyale dan Pasola adalah kombinasi dari dua acara budaya yang tak berbanding, selain keajaiban Komodo yang fenomenal dan juga keheningan air di Danau Kelimutu, danau tiga kawah yang menampilkan tiga warna berbeda pada penikmatnya. Menjadikan Nusa Tenggara sebagai tujuan wisata adalah satu hal yang tak akan disesali walau cerita di balik legenda ini begitu dramatis. Lebarkan peta Nusa Tenggara dan mulailah susun agenda perjalanan berpetualang Anda berikutnya.
Dengan kemegahan pakaian tradisionalnya, para Rato sepakat akan satu hari yang telah dihitung, dengan berdiri di atas batu nisan menghadap bulan yang merona penuh. Warga yang mendapat kabar segera melakukan ritual sebelum hari besar yang ditunggu datang. Biasanya ayam dimasak dan ketupat dibuat. Bila darah masih terlihat pada usus ayam atau warna coklat kemerahan nampak pada ketupat, maka sesuatu kejadian pilu akan berlangsung saat Pasola, pesta rakyat Pulau Sumba berbentuk permainan di atas kuda dan melempar lembing sebagai tanda syukur atas panen berlimpah.
Walau Bau Nyale dan Pasola memiliki perbedaan cerita legenda, keduanya menyatu dalam satu titik dimana pesta nyale dilangsungkan untuk menyambut Pasola. Nyale adalah cacing laut beraneka warna dan ditangkap untuk diolah menjadi masakan khas. Menikmati nyale adalah pertanda kemakmuran, sedangkan menolaknya dapat berakibat bencana. Setidaknya para penganut Marapu sangat yakin akan hal itu.
Legenda mengatakan bahwa dahulu kala, Putri Mandalika dari Lombok yang cantik rupawan menolak pinangan beberapa pangeran, dan akhirnya memilih untuk mengorbankan dirinya ke laut agar kecantikannya dapat dinikmati bukan saja oleh para pengeran, tapi juga para penduduk yang selalu memuja dan memujinya. Saat terbenam dalam gelombang laut, Putri Mandalika berubah wujud menjadi apa yang sekarang dikenal dengan nyale, dan terjadi pada hari yang sama.
Di gugusan pulau Nusa Tenggara, Bau Nyale dan Pasola adalah kombinasi dari dua acara budaya yang tak berbanding, selain keajaiban Komodo yang fenomenal dan juga keheningan air di Danau Kelimutu, danau tiga kawah yang menampilkan tiga warna berbeda pada penikmatnya. Menjadikan Nusa Tenggara sebagai tujuan wisata adalah satu hal yang tak akan disesali walau cerita di balik legenda ini begitu dramatis. Lebarkan peta Nusa Tenggara dan mulailah susun agenda perjalanan berpetualang Anda berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar